SEBAB SEBAB MUNCULNYA NABI PALSU PADA AKHIR ZAMAN!!
PADA SAAT KETIKA KEYAKINAN UMAT MUSLIM di dalam agama Islam yang tidak dapat diganggu gugat adalah bahwa nabi
Muhammad bin Abdullah Al-Hasyimi Al-Qurasyi Shallallahu 'alaihi wa
sallam adalah utusan Allah kepada seluruh bangsa di dunia, dari kalangan
jin dan manusia. Dan bahwa beliau adalah penutup seluruh para nabi dan
rasul, tidak ada lagi nabi dan rasul setelah beliau. Maka barangsiapa
mengaku sebagai nabi atau rasul, pembawa syari’at baru atau tanpa
syari’at baru, setelah nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam, atau
membenarkan pengakuan seseorang sebagai nabi, sesungguhnya ikatan Islam
telah lepas dari dirinya.
Akan tetapi, hikmah Allah telah menetapkan bahwa Dia akan menguji
keimanan hamba-hambanya dengan memunculkan orang-orang yang mengaku
sebagai nabi setelah nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam. Bagi
orang yang memiliki ilmu warisan dari Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi
wa sallam, maka peristiwa itu akan menambah keyakinan dan keimanannya
terhadap kebenaran nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam dan agama yang
beliau bawa. Karena memang fenomena akan munculnya para dajjal
(pendusta) yang mengaku sebagai nabi itu telah diberitahukan oleh beliau
Shallallahu 'alaihi wa sallam di masa kehidupannya.
Maka di sini, -insya Allah- kami akan membahas seputar masalah ini, agar
kaum muslimin selamat dari kesesatan yang dapat mengeluarkan mereka
dari agamanya ini. Mudah-mudahan Allah membimbing kita semua di atas
jalan yang lurus. Aamiin.
*. Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam utusan Allah kepada seluruh manusia.
Allah berfirman:
قُلْ يَاأَيُّهَا النَّاسُ إِنِّي رَسُولُ اللهِ إِلَيْكُمْ جَمِيعًا
الَّذِي لَهُ مُلْكُ السَّمَاوَاتِ وَاْلأَرْضِ لآ إِلَهَ إِلاَّ هُوَ
يُحْيِ وَيُمِيتُ فَئَامِنُوا بِاللهِ وَرَسُولِهِ النَّبِيِّ اْلأُمِّيِّ
الَّذِي يُؤْمِنُ بِاللهِ وَكَلِمَاتِهِ وَاتَّبِعُوهُ لَعَلَّكُمْ
تَهْتَدُونَ
Katakanlah: "Hai manusia, sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu
semua, yaitu Allah yang mempunyai kerajaan langit dan bumi; tidak ada
Ilah (yang berhak disembah) selain Dia, yang menghidupkan dan yang
mematikan, maka berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya, Nabi yang
ummi yang beriman kepada Allah dan kepada kalimat-kalimat-Nya
(kitab-kitab-Nya) dan ikutilah dia, supaya kamu mendapat petunjuk.
[Al-A'raff : 158]
وَ مَآ أَرْسَلْنَاكَ إِلاَّ كَآفَّةً لِلنَّاسِ بَشِيرًا وَنَذِيرًا وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لاَ يَعْلَمُونَ
Dan Kami tidak mengutus kamu, melainkan kepada umat manusia seluruhnya
sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan, tetapi
kebanyakan manusia tiada mengetahui. [Saba :28]
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
وَكَانَ النَّبِيُّ يُبْعَثُ إِلَى قَوْمِهِ خَاصَّةً وَبُعِثْتُ إِلَى النَّاسِ عَامَّةً
Dan semua nabi (sebelumku) diutus hanya kepada kaumnya, sedangkan aku
diutus kepada seluruh manusia. [HSR. Al-Bukhari no: 335; Muslim no: 521;
An-Nasai no: 432, dari Jabir bin Abdullah]
*. Barangsiapa –dari bangsa atau agama apapun juga- telah mendengar
dakwah nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam, kemudian tidak
beriman kepada agama beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam maka dia akan
menjadi penghuni neraka, kekal di dalamnya, selama-lamanya.
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
وَسَلَّمَ أَنَّهُ قَالَ وَالَّذِي نَفْسُ مُحَمَّدٍ بِيَدِهِ لاَ يَسْمَعُ
بِي أَحَدٌ مِنْ هَذِهِ الْأُمَّةِ يَهُودِيٌّ وَلاَ نَصْرَانِيٌّ ثُمَّ
يَمُوتُ وَلَمْ يُؤْمِنْ بِالَّذِي أُرْسِلْتُ بِهِ إِلَّا كَانَ مِنْ
أَصْحَابِ النَّارِ
“Demi (Allah) Yang jiwa Muhammad di tangan-Nya! Tidaklah seorangpun dari
umat ini, baik seorang Yahudi atau Nashrani, yang mendengar tentang
aku, kemudian dia mati, dan tidak beriman dengan (agama) yang aku diutus
dengannya, kecuali dia termasuk penghuni neraka.” [HSR. Muslim, no:
240, dari Abu Hurairah]
*. Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam adalah penutup seluruh para nabi, tidak ada lagi nabi setelah beliau.
Allah berfirman:
مَّاكَانَ مُحَمَّدٌ أَبَآ أَحَدٍ مِّن رِّجَالِكُمْ وَلَكِن رَّسُولَ
اللهِ وَخَاتَمَ النَّبِيِّينَ وَكَانَ اللهُ بِكُلِّ شَىْءٍ عَلِيمًا
Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara
kamu, tetapi dia adalah Rasulullah dan penutup nabi-nabi. Dan adalah
Allah Maha Mengetahui segala sesuatu. [Al-Ahzaab : 40]
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
إِنَّ مَثَلِي وَمَثَلَ الْأَنْبِيَاءِ مِنْ قَبْلِي كَمَثَلِ رَجُلٍ بَنَى
بَيْتًا فَأَحْسَنَهُ وَأَجْمَلَهُ إِلَّا مَوْضِعَ لَبِنَةٍ مِنْ
زَاوِيَةٍ فَجَعَلَ النَّاسُ يَطُوفُونَ بِهِ وَيَعْجَبُونَ لَهُ
وَيَقُولُونَ هَلَّا وُضِعَتْ هَذِهِ اللَّبِنَةُ قَالَ فَأَنَا
اللَّبِنَةُ وَأَنَا خَاتِمُ النَّبِيِّينَ
Sesungguhnya perumpamaan diriku dan para Nabi lainnya sebelumku, seperti
seorang lelaki yang membangun sebuah rumah. Ia mengerjakannya dengan
baik dan indah, kecuali sebuah batu bangunan di pojoknya. Manusia-pun
lantas mengelilinginya dan mengaguminya, dan mereka berkomentar: “Kenapa
tidak diletakkan sebuah batu bangunan di tempat ini?”.
Beliau bersabda: “Akulah batu bangunan itu. Dan akulah penutup para
Nabi”. [HSR. Al-Bukhari no: 3535; Muslim no: 2286, dan lainya, dari Abu
Hurairah]
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam juga bersabda:
أَنَا مُحَمَّدٌ وَأَنَا أَحْمَدُ وَأَنَا الْمَاحِي الَّذِي يُمْحَى بِيَ
الْكُفْرُ وَأَنَا الْحَاشِرُ الَّذِي يُحْشَرُ النَّاسُ عَلَى عَقِبِي
وَأَنَا الْعَاقِبُ وَالْعَاقِبُ الَّذِي لَيْسَ بَعْدَهُ نَبِيٌّ
“(Saya memiliki empat nama:) Saya Muhammad (yang terpuji). Saya Ahmad
(yang banyak memuji atau dipuji). Saya Al-Mahi (penghapus), dimana
dengan perantaraanku Allah menghapus kekufuran. Saya Al-Hasyir
(Pengumpul), yang mana manusia nanti akan dikumpulkan dihadapanku. Saya
juga bernama Al-‘Aqib (yang belakangan) yaitu yang tak ada Nabi lagi
yang datang sesudahku”. [HSR. Al-Bukhari no: 3532; Muslim no: 2354, dan
lainya, dari Jubair bin Muth’im. Lafazh ini pada riwayat Muslim, kalimat
dalam kurung pada riwayat Bukhari]
Dalam hadits lain diriwayatkan:
عَنْ مُصْعَبِ بْنِ سَعْدٍ عَنْ أَبِيهِ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ خَرَجَ إِلَى تَبُوكَ وَاسْتَخْلَفَ عَلِيًّا
فَقَالَ أَتُخَلِّفُنِي فِي الصِّبْيَانِ وَالنِّسَاءِ قَالَ أَلَا تَرْضَى
أَنْ تَكُونَ مِنِّي بِمَنْزِلَةِ هَارُونَ مِنْ مُوسَى إِلَّا أَنَّهُ
لَيْسَ نَبِيٌّ بَعْدِي
Dari Mush’ab bin Sa’d dari bapaknya, bahwa Rasululah Shallallahu 'alaihi
wa sallam keluar menuju Tabuk, dan menjadikan Ali sebagai pengganti
beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam (memimpin kota Madinah). Lalu Ali
berkata: “Apakah anda menjadikan aku sebagai pengganti(mu) mengurusi
anak-anak kecil dan para wanita?”. Rasululah Shallallahu 'alaihi wa
sallam menjawab: “Tidakkah engkau ridha jika kedudukanmu dariku
sebagaimana kedudukan Harun dari Musa, tetapi sesungguhnya tidak ada
nabi setelah aku.” [HR. Bukhari, kitab: Al-Maghazi, no:4416; Muslim,
no:2404, lafazhnya bagi imam Bukhari]
Lihatlah betapa indahnya ungkapan Rasululah Shallallahu 'alaihi wa
sallam kepada Ali bin Abi Thalib, hal itu sekaligus menutup keyakinan
adanya nabi ummati atau nabi tanpa syari’at setelah Rasulullah
Shallallahu 'alaihi wa sallam [1], sebagaimana nabi Harun adalah nabi
yang syari’atnya mengikutri nabi Musa ‘alaihimassalam.
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
كَانَتْ بَنُو إِسْرَائِيلَ تَسُوسُهُمُ الْأَنْبِيَاءُ كُلَّمَا هَلَكَ
نَبِيٌّ خَلَفَهُ نَبِيٌّ وَإِنَّهُ لَا نَبِيَّ بَعْدِي وَسَيَكُونُ
خُلَفَاءُ فَيَكْثُرُونَ
Dahulu Bani Israil dipimpin oleh para nabi, setiap seorang nabi wafat,
dia diganti oleh nabi yang lain. Dan sesungguhnya tidak ada nabi setelah
aku, tetapi akan ada para khalifah, dan jumlah mereka banyak. [HR.
Bukhari, kitab: Ahadits al-Ambiya’, no:3455; Muslim, no:44/1842, dari
Abu Hurairah]
Imam Abu Ja’far Ath-Thahawi rahimahullah berkata: “Sesungguhnya beliau
Shallallahu 'alaihi wa sallam adalah penutup para Nabi, pemimpin
orang-orang yang bertakwa, dan penghulu para rasul”. Beliau juga
berkata: “Segala pengakuan Nabi sesudah baliau adalah kesesatan dan
(mengikuti) hawa nafsu”.
Imam Ibnu Abil ‘Izzi Al-Hanafi rahimahullah berkata: “Ketika terbukti
bahwa beliau adalah penutup para Nabi, maka dapat diketahui bahwa
siapapun yang mengaku Nabi sesudahnya adalah pendusta”.
*. Munculnya Nabi-Nabi Palsu.
Termasuk kesempurnaan agama Islam ini adalah bahwa tidak ada satu
kebaikanpun yang dapat mendekatkan ke sorga, dan menjauhkan dari neraka,
kecuali telah diperintahkan atau dianjurkan kepada umat.
Demikian pula tidak ada satu keburukkan-pun yang dapat menjauhkan dari
sorga, dan mendekatkan ke neraka, kecuali umat telah dilarang atau
diperingatkan darinya.
Dan termasuk keburukan tersebut adalah akan munculnya para pembohong
yang mengaku sebagai nabi, hal itu termasuk tanda-tanda kecil hari
kiamat, sebagaimana telah diberitakan oleh Rasulullah Shallallahu
'alaihi wa sallam.
Beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
لاَ تَقُومُ السَّاعَةُ حَتَّى يُبْعَثَ دَجَّالُونَ كَذَّابُونَ قَرِيبًا
مِنْ ثَلَاثِينَ كُلُّهُمْ يَزْعُمُ أَنَّهُ رَسُولُ اللَّهِ
“Tidak akan datang hari kiamat sehingga dibangkitkan pembohong –
pembohong besar yang jumlahnya mendekati tigapuluh orang, masing –
masing mengaku sebagai utusan Allah.” [HSR. Bukhari, Kitab Al-Manaqib,
Bab: ‘Alamatan-Nubuwwah; Muslim, Kitab Al-Fitan wa Asyroth As-Sa’ah,
dari Abu Hurairah]
Dalam hadits yang lain Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
لاَ تَقُومُ السَّاعَةُ حَتَّى تَلْحَقَ قَبَائِلُ مِنْ أُمَّتِي
بِالْمُشْرِكِينَ وَحَتَّى يَعْبُدُوا الْأَوْثَانَ وَإِنَّهُ سَيَكُونُ
فِي أُمَّتِي ثَلَاثُونَ كَذَّابُونَ كُلُّهُمْ يَزْعُمُ أَنَّهُ نَبِيٌّ
وَأَنَا خَاتَمُ النَّبِيِّينَ لاَ نَبِيَّ بَعْدِي
“Tidak akan datang kiamat sehingga beberapa qabilah dari umatku
bergabung dengan orang-orang musyrik dan sehingga mereka menyembah
berhala-berhala. Dan sesungguhnya akan ada di kalangan umatku ini tiga
puluh orang pembohong besar yang masing-masing mengaku sebagai nabi,
padahal aku adalah penutup para nabi, tidak ada nabi sama sekali
sesudahku.” [HR. Abu Dawud dan Tirmidzi dari Tsauban, dishahihkan oleh
Syeikh Al-Albani di dalam Shahih Al-Jami’ush Shaghir no: 7295]
Al-Hafizh Ibnu hajar Al-‘Asqalani rahimahullah mengomentari tentang
jumlah tiga puluh nabi palsu tersebut dengan perkataannya: “(Jumlah 30)
yang dimaksudkan di dalam hadits tersebut bukanlah untuk semua orang
yang mengaku sebagai nabi secara mutlak. Karena jumlah mereka sebenarnya
tak terbatas; tetapi yang dimaksud dengan jumlah dalam hadist tersebut
ialah untuk orang yang mengaku menjadi nabi dan memiliki kekuasaan,
serta menimbulkan syubhat (kesamaran)”. [7]
*. Kenyataan Membuktikan Kebenaran:
Kemudian sejarah telah mencatat nama-nama pendusta yang telah disabdakan
oleh Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam di atas, di antara mereka
yang telah muncul ialah:[8]
1.Musailamah Al-Kadzdzab. Dia berasal ldari kota Yamamah, dan mengaku
menjadi nabi pada akhir zaman Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa
sallam. Lantas beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam menyuratinya dan
menamainya Musailamah Al-Kadzdzab. Orang ini memiliki banyak pengikut,
dan bahaya yang ditimbulkannya terhadap kaum muslimin cukup besar,
hingga ia dihabisi riwayatnya oleh para sahabat pada masa pemerintahan
Abu-Bakar Ash-Shiddiq Radhiyallahu 'anhu dalam perang Yamamah.
2. Di Yaman muncul pula Al-Aswad Al-‘Ansi yang mengaku sebagai nabi,
lalu dibunuh pula oleh para sahabat sebelum wafatnya Rasulullah
Shallallahu 'alaihi wa sallam.
3. Dan muncul pula Sajah At-Tamimiyah, seorang wanita yang mengaku
sebagai nabi, dan dia dikawini oleh Musailamah. Konon Sajah ini kemudian
bertobat.
4. Demikian pula Thulaihah bin Khuwailid As-Asadi. Dia muncul di zaman
khalifah Abu Bakar, namun lalu ia bertobat dan meninggal di dalam agama
Islam, di zaman khalifah Umar bin Al-Khaththab, menurut pendapat yang
benar.
5. Lalu muncul pula Al-Mukhtar bin Abi Ubaid Ats-Tsaqafi yang
menampakkan cintanya kepada ahlul-bait (keluarga rumah Rasulullah
Shallallahu 'alaihi wa sallam), serta menuntut balas atas kematian
Husein bin Ali Radhiyallahu 'anhuma. Pengikutnya banyak sekali, bahkan
dapat mendominasi kota Kufah pada permulaan pemerintahan Ibnu Zubair.
Kemudian ia diperdayakan oleh syaitan, sehingga ia mengaku menjadi nabi
dan mengaku malaikat Jibril turun kepadanya. Di dalam Sunan Abu Daud,
sesudah meriwayatkan hadits mengenai pembohong-pembohong besar itu,
Ibrahim An-Nakha’i bertanya kepada Ubaidah As-Salmani: [9]. “Apakah
engkau menganggap Mukhtar ini termasuk mereka (pembohong – pembohong
besar itu)?”. Ubaidah menjawab: “Ketahuilah, ia termasuk tokohnya.”
[Aunul Ma’bud Syarh Abi Dawud XI: 486]
6. Dan diantaranya lagi adalah Al-Harits Al-Kadzdzab yang muncul pada
masa pemerintahan Abdul Malik bin Marwan, lalu dia di bunuh. Dan pada
pemerintahan Bani Abbas juga muncul sejumlah pembohong.
7. Termasuk para pendusta tersebut adalah Mirza Ghulam Ahmad Al-Qadiyani
dari India. Dia dilahirkan th 1839 M atau 1840 M di Qadiyan, India. Ia
mengaku sebagai nabi, dan sebagai Al-Masih yang ditunggu. Ia juga
mengatakan bahwa Isa tidak hidup di langit, serta lain – lain pengakuan
dan ajaran batilnya. Para ulama telah membantah pendapatnya dan
ajarannya-ajarannya, dan mereka menyatakan bahwa dia termasuk salah
seorang pembohong besar. Para pengikut Qadiyaniyah ini (mereka sering
menyebut sebagai Ahmadiyah) tersebar di Eropa, Amerika, Afrika, Asia,
dan lainnya. Termasuk di Bogor, Semarang dan lainnya di Indonesia.
Pendusta ini memulai pengakuannya dengan sedikit demi sedikit. Mula-mula
dia mengaku mendapatkan ilham, lalu mengaku sebagai mujaddid (pembaharu
agama), lalu mengaku serupa dengan nabi Isa, lalu mengaku sebagai nabi
Isa yang dijanjikan akan turun di akhir zaman, lalu pada th 1901 M
mengaku sebagai nabi yang sempurna kenabiannya, lalu pada th 1904 M
mengaku sebagai Kresna. Sedangkan Kresna adalah salah satu tuhan yang
disembah orang-orang Hindu.
DR. Nashir bin Abdullah Al-Qifari dan DR. Nashir bin Abdul Karim Al-‘Aql
berkata di dalam buku keduanya: “Sebagaimana telah lewat, bahwa Mirza
Ghulam Ahmad memulai pengakuannya dengan sedikit demi sedikit. Oleh
karena inilah orang-orang Qadiyaniyah sering mengelabui sebagian kaum
muslimin dengan perkataan-perkataan lama Mirza Ghulam Ahmad sebelum
pengakuannya sebagai nabi, karena barangsiapa mengaku sebagai nabi, dia
menjadi kafir. Mereka berusaha menutupi pengakuan-pengakuannya yang
baru, yang dia mengaku sebagai nabi, dengan teks-teks yang lama
tersebut. Dan sebagian penulis telah tertipu dengan hal ini.” [Al-Mujaz
Fil Adyan Wal Madzahib Al-Mu’ashirah, hal:151]
Akhir riwayat nabi palsu tersebut adalah ketika pada th 1907 M, dia
menantang mubahalah [10] salah seorang alim salafi terkenal di India
yang bernama Syeikh Tsanaullah Al-Amiritsari, yang membongkar kekafiran
pendusta ini. Pada 5 April 1907 Mirza membuat tulisan yang berisi
permohonan dan doa kepada Allah, agar mematikan si pendusta di antara
keduanya, semasa salah satunya masih hidup, dan agar Allah menimpakan
penyakit semacam wabah yang membawa kematiannya. Maka Allahpun
menampakkan al-haq dan membongkar kedustaan itu. Setelah 13 bulan dan 10
hari datanglah apa yang dimohon oleh pendusta tersebut, dan dia mampus
dengan penyakit wabah pada tgl 26 Mei 1908 M. Adapaun Syeikh Tsanaullah
masih hidup 40 th setelah kematian pendusta tersebut. Beliau wafat pada
tgl 15 Maret 1948. [Al-Mujaz Fil Adyan Wal Madzahib Al-Mu’ashirah,
hal:148]
Pembohong – pembohong itu akan senantiasa muncul satu persatu hingga
muncul yang terakhir, yang buta sebelah matanya, Dajjal. Imam Ahmad
meriwayatkan dari Samurah bin Jundub Radhiyallahu 'anhu pada waktu
khutbahnya pada waktu terjadi gerhana matahari yang terjadi pada
zamannya, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda :
وَإِنَّهُ وَاللَّهِ لَا تَقُومُ السَّاعَةُ حَتَّى يَخْرُجَ ثَلَاثُونَ كَذَّابًا آخِرُهُمُ الْأَعْوَرُ الدَّجَّالُ
Demi Allah, tidak akan datang kiamat sehingga muncul tigapuluh orang
pembohong besar, dan yang terakhir dari mereka adalah (dajjal) yang buta
sebelah matanya, sang pembohong besar.” [HR. Ahmad, dari Samurah bin
Jundub]
5. Munculnya Nabi-Nabi Palsu.
Termasuk kesempurnaan agama Islam ini adalah bahwa tidak ada satu
kebaikanpun yang dapat mendekatkan ke sorga, dan menjauhkan dari neraka,
kecuali telah diperintahkan atau dianjurkan kepada umat.
Demikian pula tidak ada satu keburukkan-pun yang dapat menjauhkan dari
sorga, dan mendekatkan ke neraka, kecuali umat telah dilarang atau
diperingatkan darinya.
Dan termasuk keburukan tersebut adalah akan munculnya para pembohong
yang mengaku sebagai nabi, hal itu termasuk tanda-tanda kecil hari
kiamat, sebagaimana telah diberitakan oleh Rasulullah Shallallahu
'alaihi wa sallam.
Beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
لاَ تَقُومُ السَّاعَةُ حَتَّى يُبْعَثَ دَجَّالُونَ كَذَّابُونَ قَرِيبًا
مِنْ ثَلَاثِينَ كُلُّهُمْ يَزْعُمُ أَنَّهُ رَسُولُ اللَّهِ
“Tidak akan datang hari kiamat sehingga dibangkitkan pembohong –
pembohong besar yang jumlahnya mendekati tigapuluh orang, masing –
masing mengaku sebagai utusan Allah.” [HSR. Bukhari, Kitab Al-Manaqib,
Bab: ‘Alamatan-Nubuwwah; Muslim, Kitab Al-Fitan wa Asyroth As-Sa’ah,
dari Abu Hurairah]
Dalam hadits yang lain Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
لاَ تَقُومُ السَّاعَةُ حَتَّى تَلْحَقَ قَبَائِلُ مِنْ أُمَّتِي
بِالْمُشْرِكِينَ وَحَتَّى يَعْبُدُوا الْأَوْثَانَ وَإِنَّهُ سَيَكُونُ
فِي أُمَّتِي ثَلَاثُونَ كَذَّابُونَ كُلُّهُمْ يَزْعُمُ أَنَّهُ نَبِيٌّ
وَأَنَا خَاتَمُ النَّبِيِّينَ لاَ نَبِيَّ بَعْدِي
“Tidak akan datang kiamat sehingga beberapa qabilah dari umatku
bergabung dengan orang-orang musyrik dan sehingga mereka menyembah
berhala-berhala. Dan sesungguhnya akan ada di kalangan umatku ini tiga
puluh orang pembohong besar yang masing-masing mengaku sebagai nabi,
padahal aku adalah penutup para nabi, tidak ada nabi sama sekali
sesudahku.” [HR. Abu Dawud dan Tirmidzi dari Tsauban, dishahihkan oleh
Syeikh Al-Albani di dalam Shahih Al-Jami’ush Shaghir no: 7295]
Al-Hafizh Ibnu hajar Al-‘Asqalani rahimahullah mengomentari tentang
jumlah tiga puluh nabi palsu tersebut dengan perkataannya: “(Jumlah 30)
yang dimaksudkan di dalam hadits tersebut bukanlah untuk semua orang
yang mengaku sebagai nabi secara mutlak. Karena jumlah mereka sebenarnya
tak terbatas; tetapi yang dimaksud dengan jumlah dalam hadist tersebut
ialah untuk orang yang mengaku menjadi nabi dan memiliki kekuasaan,
serta menimbulkan syubhat (kesamaran)”. [7]
6. Kenyataan Membuktikan Kebenaran:
Kemudian sejarah telah mencatat nama-nama pendusta yang telah disabdakan
oleh Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam di atas, di antara mereka
yang telah muncul ialah:[8]
1.Musailamah Al-Kadzdzab. Dia berasal ldari kota Yamamah, dan mengaku
menjadi nabi pada akhir zaman Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa
sallam. Lantas beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam menyuratinya dan
menamainya Musailamah Al-Kadzdzab. Orang ini memiliki banyak pengikut,
dan bahaya yang ditimbulkannya terhadap kaum muslimin cukup besar,
hingga ia dihabisi riwayatnya oleh para sahabat pada masa pemerintahan
Abu-Bakar Ash-Shiddiq Radhiyallahu 'anhu dalam perang Yamamah.
2. Di Yaman muncul pula Al-Aswad Al-‘Ansi yang mengaku sebagai nabi,
lalu dibunuh pula oleh para sahabat sebelum wafatnya Rasulullah
Shallallahu 'alaihi wa sallam.
3. Dan muncul pula Sajah At-Tamimiyah, seorang wanita yang mengaku
sebagai nabi, dan dia dikawini oleh Musailamah. Konon Sajah ini kemudian
bertobat.
4. Demikian pula Thulaihah bin Khuwailid As-Asadi. Dia muncul di zaman
khalifah Abu Bakar, namun lalu ia bertobat dan meninggal di dalam agama
Islam, di zaman khalifah Umar bin Al-Khaththab, menurut pendapat yang
benar.
5. Lalu muncul pula Al-Mukhtar bin Abi Ubaid Ats-Tsaqafi yang
menampakkan cintanya kepada ahlul-bait (keluarga rumah Rasulullah
Shallallahu 'alaihi wa sallam), serta menuntut balas atas kematian
Husein bin Ali Radhiyallahu 'anhuma. Pengikutnya banyak sekali, bahkan
dapat mendominasi kota Kufah pada permulaan pemerintahan Ibnu Zubair.
Kemudian ia diperdayakan oleh syaitan, sehingga ia mengaku menjadi nabi
dan mengaku malaikat Jibril turun kepadanya. Di dalam Sunan Abu Daud,
sesudah meriwayatkan hadits mengenai pembohong-pembohong besar itu,
Ibrahim An-Nakha’i bertanya kepada Ubaidah As-Salmani: [9]. “Apakah
engkau menganggap Mukhtar ini termasuk mereka (pembohong – pembohong
besar itu)?”. Ubaidah menjawab: “Ketahuilah, ia termasuk tokohnya.”
[Aunul Ma’bud Syarh Abi Dawud XI: 486]
6. Dan diantaranya lagi adalah Al-Harits Al-Kadzdzab yang muncul pada
masa pemerintahan Abdul Malik bin Marwan, lalu dia di bunuh. Dan pada
pemerintahan Bani Abbas juga muncul sejumlah pembohong.
7. Termasuk para pendusta tersebut adalah Mirza Ghulam Ahmad Al-Qadiyani
dari India. Dia dilahirkan th 1839 M atau 1840 M di Qadiyan, India. Ia
mengaku sebagai nabi, dan sebagai Al-Masih yang ditunggu. Ia juga
mengatakan bahwa Isa tidak hidup di langit, serta lain – lain pengakuan
dan ajaran batilnya. Para ulama telah membantah pendapatnya dan
ajarannya-ajarannya, dan mereka menyatakan bahwa dia termasuk salah
seorang pembohong besar. Para pengikut Qadiyaniyah ini (mereka sering
menyebut sebagai Ahmadiyah) tersebar di Eropa, Amerika, Afrika, Asia,
dan lainnya. Termasuk di Bogor, Semarang dan lainnya di Indonesia.
Pendusta ini memulai pengakuannya dengan sedikit demi sedikit. Mula-mula
dia mengaku mendapatkan ilham, lalu mengaku sebagai mujaddid (pembaharu
agama), lalu mengaku serupa dengan nabi Isa, lalu mengaku sebagai nabi
Isa yang dijanjikan akan turun di akhir zaman, lalu pada th 1901 M
mengaku sebagai nabi yang sempurna kenabiannya, lalu pada th 1904 M
mengaku sebagai Kresna. Sedangkan Kresna adalah salah satu tuhan yang
disembah orang-orang Hindu.
DR. Nashir bin Abdullah Al-Qifari dan DR. Nashir bin Abdul Karim Al-‘Aql
berkata di dalam buku keduanya: “Sebagaimana telah lewat, bahwa Mirza
Ghulam Ahmad memulai pengakuannya dengan sedikit demi sedikit. Oleh
karena inilah orang-orang Qadiyaniyah sering mengelabui sebagian kaum
muslimin dengan perkataan-perkataan lama Mirza Ghulam Ahmad sebelum
pengakuannya sebagai nabi, karena barangsiapa mengaku sebagai nabi, dia
menjadi kafir. Mereka berusaha menutupi pengakuan-pengakuannya yang
baru, yang dia mengaku sebagai nabi, dengan teks-teks yang lama
tersebut. Dan sebagian penulis telah tertipu dengan hal ini.” [Al-Mujaz
Fil Adyan Wal Madzahib Al-Mu’ashirah, hal:151]
Akhir riwayat nabi palsu tersebut adalah ketika pada th 1907 M, dia
menantang mubahalah [10] salah seorang alim salafi terkenal di India
yang bernama Syeikh Tsanaullah Al-Amiritsari, yang membongkar kekafiran
pendusta ini. Pada 5 April 1907 Mirza membuat tulisan yang berisi
permohonan dan doa kepada Allah, agar mematikan si pendusta di antara
keduanya, semasa salah satunya masih hidup, dan agar Allah menimpakan
penyakit semacam wabah yang membawa kematiannya. Maka Allahpun
menampakkan al-haq dan membongkar kedustaan itu. Setelah 13 bulan dan 10
hari datanglah apa yang dimohon oleh pendusta tersebut, dan dia mampus
dengan penyakit wabah pada tgl 26 Mei 1908 M. Adapaun Syeikh Tsanaullah
masih hidup 40 th setelah kematian pendusta tersebut. Beliau wafat pada
tgl 15 Maret 1948. [Al-Mujaz Fil Adyan Wal Madzahib Al-Mu’ashirah,
hal:148]
Pembohong – pembohong itu akan senantiasa muncul satu persatu hingga
muncul yang terakhir, yang buta sebelah matanya, Dajjal. Imam Ahmad
meriwayatkan dari Samurah bin Jundub Radhiyallahu 'anhu pada waktu
khutbahnya pada waktu terjadi gerhana matahari yang terjadi pada
zamannya, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda :
وَإِنَّهُ وَاللَّهِ لَا تَقُومُ السَّاعَةُ حَتَّى يَخْرُجَ ثَلَاثُونَ كَذَّابًا آخِرُهُمُ الْأَعْوَرُ الدَّجَّالُ
Demi Allah, tidak akan datang kiamat sehingga muncul tigapuluh orang
pembohong besar, dan yang terakhir dari mereka adalah (dajjal) yang buta
sebelah matanya, sang pembohong besar.” [HR. Ahmad, dari Samurah bin
Jundub]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar